galau

Pengrajin Saka Bukik Batabuah Minta Pemerintah Buka Jalan untuk Pemasaran

Agam terkenal dengan “satu nagari, satu produk. Ini artinya, masing-masing nagari memiliki produk unggulan, yang saling berkaitan dengan nagari lainnya.
Nagari Sungai Pua terkenal dengan kerajinan besinya, 
Koto Gadang dengan perak, 
Guguak Tinggi dengan emas, dan seterusnya. 

Tetapi perlu survei apakah kekhasan produk itu masih ada sampai sekarang. Selain itu pula, Kabupaten Agam juga terkenal dengan wilayah penghasil saka yang bermutu hingga saat ini. 
Salah satu sentralnya adalah Nagari Bukik Batabuah Kecamatan Canduang. 

Saka Bukik Batabuah dikenal berkualitas bagus. Pemasarannya meliputi Kota Bukittinggi dan Padang Panjang, dan Tanah Datar, di samping kawasan pasar sekitar Canduang. Di Nagari Bukik Batabuah, Jorong Gobah merupakan penghasil utama saka. Salah seorang petani tebu, sekaligus perajin saka, Jamaan Sutan Bagindo (60) di Bukik Batabuah mengaku sudah menekuni pekerjaan membuat saka sejak dari usia remaja hingga saat ini. Ia sudah paham betul cara membuat saka yang disukai konsumen. Menurutnya, dulu ia menggunakan tenaga kerbau untuk ‘mangilang’ tebu. Dengan cara itu, ia hanya menghasilkan 1 kancah (kuali besar) air tebu setiap hari. kini, ia menggunakan mesin, sebagai pengganti kerbau.

Mesin yang dimaksudkannya adalah mesin bajak, yang dimodifikasi. Mesin itu berfungsi menggantikan kerbau untuk memutar kilangan tebu. Sementara kilangan tebu tetap menggunakan dua blok besi. Blok besi itulah yang diputar mesin, yang berjalan mengitari kilangan, sebagaimana layaknya kerbau dulu. Jamaan Sutan Bagindo mengaku, dalam sepekan ia berhasil ‘mangilang’ tebu, dengan hasil 14 kancah air tebu. Air tebu kemudian dimasak di dalam kancah, untuk dijadikan ‘tangguli.’ Tangguli kemudian dimasak lagi, untuk dijadikan saka. Bila sudah kental. ‘tangguli’ calon saka itu dimasukan ke dalam cetakan, biasanya terbuat dari batok kelapa. Lalu didinginkan, setelah kering, dan mengeras,baru dimasukan ke dalam tempat penyimpanan,biasanya keranjang, untuk kemudian dipasarkan.

Mengapa saka Bukik Batabuah lebih bagus mutunya dari saka produk perajin lain di Agam? Jamaan Sutan Bagindo mengatakan, perbedaan kualitas saka hanya akibat proses pembuatan. Perajin saka dari Bukik Batabuah sangat memperhatikan kebersihan. Tebu, setelah diambil dari rumpunnya, dibersihkan. Kemudian dikilang, air tebu yang dihasilkan disaring. Lalu dialirkan ke tempat penampungan khusus. Setelah itu dipindahkan ke kancah pembuat ‘tangguli.
Memasak air tebu untuk dijadikan ’tangguli,’ perlu pengaturan besarnya api. Setelah jadi ‘tangguli,” proses produksi bisa langsung dilanjutkan,bisa juga ditunda beberapa hari. semakin lama ‘tangguli’ disimpan, akan semakin bagus hasil sakanya nanti. Memasak ‘tangguli’ untuk dijadikan saka, membutuhkan perhatian. Besarnya api di kawah kancah mesti sangat diperhatikan. Api tidak boleh besar,juga tidak boleh terlalu kecil. “Memasak air tebu sampai menjadi saka, ada seninya. Mereka yang sudah mahir, mengatakan membuat saka harus memiliki perasaan halus,” kisah Jamaan Sutan Bagindo. Jamaan Sutan Bagindo mengatakan, masalah yang selalu dihadapi petani tebu dan perajin saka adalah harga. Mereka selalu ‘dikuasai,’ sehingga tidak bisa menetapkan harga untuk produksi mereka sendiri. “Harga di sentra produksi jauh lebih rendah dari harga eceran pedagang di Koto Baru. Kami terpaksa mengikuti kemauan pedagang, yang menetapkan harga saka kami,” ujarnya. 

Dalam usia menjelang senja itu, St. Bagindo mengaku mampu memproduksi saka sekitar 200 sampai 300 kg/pekan, seorang diri. Sementara Len (40), mengaku mampu membuat saka sekitar 400 sampai 500 kg/pekan. Tetapi ia bekerja tidak sendiri. Hal itu disebabkan mesin kilang milik Len lebih besar kapasitasnya dari mesin kilang milik Jamaan Sutan Bagindo. Harapan para petani tebu di Kecamatan Canduang, seperti disampaikan Camat Canduang Indra Dt. Baradai Ameh, adalah pembinaan, dan bantuan peningkatan produksi, serta pemasaran.

0 komentar:

Post a Comment

terimakasih

BLOGAZINEBOEKITTENGGY © 2013.Designed by INYIAK | Twitter | GOBAH | BUKIK BATABUAH